nusakini.com-Bantul-Kementerian Agama menggelar Sarasehan tentang Reaktualisasi Relasi Agama dan Budaya di Bantul, Yogyakarta. Menag Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, sarasehan digelar karena Kemenag ingin menyerap pandangan para tokoh dalam menata hubungan yang lebih baik lagi antara agama dan budaya. 

"Indonesia sangat khas. Indonesia sangat kaya dengan berbagai ragam budaya. Indonesia juga sangat agamis. Antara nilai agama dan budaya tidak bisa dipisahkan dalam konteks Indonesia," jelas Menag ,Jumat (02/11). 

Namun, lanjut Menag, belakangan ada kasus "benturan" budaya dan agama; sesuatu yang tidak terjadi sebelumnya. Budaya yang mengandung nilai spiritualitas dan agama yang membutuhkan budaya sebagai ruang aktualisasi, tiba-tiba seperti berhadapan antara satu dengan yang lain. 

"Ini harus kita sikapi. Kalau tidak, ini tidak hanya merusak keduanya, tapi keindonesiaan kita juga bisa runtuh. Dua hal ini modal," tuturnya.  

"Kemenag memerlukan pandangan budayawan dan agamawan dalam melihat persoalan ini agar hubungan keduanya lebih baik," tandasnya.  

Sarasehan akan berlangsung dua hari, 2-3 November 2018. Sarasehan dibuka sekaligus diikuti oleh Menag Lukman Hakim Saifuddin. Sejumlah tokoh yang hadir antara lain: Sujiwo Tejo, Radhar Panca Dahana, Wisnu Bawa Tenaya, Agus Noor, Ridwan Saidi, KH Abdul Muhaimin, Alissa Wahid, Bikku Pannyavaro, Fatin Hamama, Amin Abdullah, John Titaley, Acep Zamzam Noor. Wahyu Muryadi, Agus Sunyoto, Zakiyuddin Baidlawi, Nasirun, dan Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda. 

Hasil diskusi dalam sarasehan ini akan dirumuskan sebagai rekomendasi kepada pemerintah, dan pihak terkait lainnya. Rumusan itu akan dibacakan besok oleh perwakilan budayawan dan tokoh agama yang hadir. (p/ab)